Penemuan Fosil Kura-Kura Laut Mengungkap Perlindungan Matahari Kuno

Tim ahli paleontologi internasional dari Amerika Serikat, Swedia, dan Jepang telah mengambil pigmen, keratin dan otot beta mengandung protein dari Tasbacka danica, sejenis penyu yang hidup pada zaman Eosen. Diterbitkan di journal Scientific Reports, bukti langsung bahwa sifat kelangsungan hidup berbasis pigmen yang umum ditemukan pada penyu modern berkembang setidaknya 54 juta tahun yang lalu.


Terobosan yang sangat baik dari Tasbacka danica yang dikumpulkan pada tahun 2008 dari dalam lubang batu kapur di Mo-clay Ejerslev di Isle of Mors, Denmark. Spesimen ini panjangnya kurang dari 3 inci (7,4 cm). Pada tahun 2013, ahli paleontologi Universitas Lund Johan Lindgren dan rekannya menemukan residu jaringan lunak dari daerah yang terletak di dekat bahu kiri penyu. Kemudian mereka menyelidiki kandungan mikroskopis dan molekuler yang lembut dijaringan yang diambil dari fosil itu.

" Hasil kami menunjukkan bahwa sejumlah biomolekul, yang dapat dikaitkan langsung dengan hewan itu sendiri, dipelihara dalam bentuk yang dapat dikenali, " kata Dr. Lindgren.

Para peneliti mengidentifikasi residu dari beberapa molekul yang berbeda, termasuk beta -keratin, hemoglobin, tropomyosin, dan eumelanin (pigmen yang memberi warna kulit gelap juga pada manusia). " Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa bayi kura-kura memiliki pola warna yang sama 54 juta tahun yang lalu seperti yang terjadi sekarang, yaitu punggung yang gelap dengan tepi terang / pucat, " kata mereka.

Pewarnaan ini adalah adaptasi yang memberi perlindungan terhadap radiasi UV yang berbahaya dari Matahari, namun juga menggunakan kulit gelap untuk meningkatkan panasnya. Sehingga tumbuh lebih cepat fenomena ini disebut melanisme adaptif (kemampuan hewan untuk memanfaatkan warna untuk tujuan bertahan hidup). Kehadiran melanin eukariotik dalam melanosom yang tertanam dalam matriks keratin menguraikan kontaminasi oleh mikroba, karena mikroba tidak dapat membuat eukariotik.

Jadi kita tahu bahwa tukik ini memiliki pewarnaan gelap yang umum terjadi pada kura-kura laut modern. Data tidak hanya mendukung mengenai beberapa protein, tetapi juga menyarankan agar pewarnaan digunakan untuk fisiologi sejauh periode Eosen, dengan cara yang sama seperti sekarang.
Penemuan beberapa biomolekul pada akhirnya dapat memungkinkan peneliti untuk mempelajari evolusi kehidupan pada tingkat molekuler melalui geologi.

Kami sebelumnya telah mengidentifikasi eumelanin pada kulit fosil, namun faktanya bahwa bahan organik dari kura-kura bayi (tukik) ini terkandung berbagai macam biomolekikal yang dapat diidentifikasi menjadi kejutan besar.
Selanjutnya, hasil penelitian tersebut meminta revisi fosil sebenarnya dan apa yang mereka anggap. Fosil bukan hanya petrifikasi, tapi juga mencangkup dari bagian-bagian bahan biologis asli.